Gedung Kesenian Jakarta, 1 Juli 2011.
FAVE EXCERPT:
GANDRUNG ENG TAY
by: Yanusa Nugroho
Kita pernah berdua
Diam bisu tanpa kata
Mencipta pelangi di angkasa
Mengibarkan seribu selendang merah menyala
Kita pernah berdua
Dalam bisu tanpa suara
Mencipta nyanyian senja
Di bibir pantai merah soga
Berdua kita pernah membeku
Menata gerak lewat liukan rumpun bambu
Kadang kita cukup bersitatap mata
Dan terbukalah semua rahasia, menyeruaklah mimpi kita
Bersama kanak-kanak menari dengan selendang warna-warni
Bersama iring-iringan sampan menuju lautan
Dan ikan-ikan, menyala rindunya pada jala
Sering bibir kita terkunci
Dan menyanyi tanpa bunyi
Tanpa kata, tanpa suara
Hanya rasa
Dan itu cukup buat kita
Bagi kita, kau dan aku,
Kata, oh, betapa sempitnya makna yang dibentuknya
Betapa dangkal relung yang disediakannya
Sementara kau dan aku
Adalah udara
Adalah cahaya
Adalah rasa
Tapi siapakah yang bisa mendengar
Nyanyian sunyi yang kita ciptakan
Siapa pula orang dungu yang mau
Melihat warna-warni yang tak tercipta di matanya?
Entah di langit yang mana
Jika kau saksikan selendang putih, hijau atau soga berkibar bersama angin
Aku percaya, kau paham, akulah yang menjelma
Juga ketika kau saksikan rumpun bambu yang menggesek sesamanya
Aku percaya, kau tahu, itulah rinduku yang menjelma