Monday, July 4, 2011

Gandrung Eng Tay

By Dedy Lutan Dance Company 
Gedung Kesenian Jakarta, 1 Juli 2011.


FAVE EXCERPT:
GANDRUNG ENG TAY
by: Yanusa Nugroho
Kita pernah berdua
Diam bisu tanpa kata
Mencipta pelangi di angkasa
Mengibarkan seribu selendang merah menyala


Kita pernah berdua
Dalam bisu tanpa suara
Mencipta nyanyian senja
Di bibir pantai merah soga


Berdua kita pernah membeku
Menata gerak lewat liukan rumpun bambu


Kadang kita cukup bersitatap mata
Dan terbukalah semua rahasia, menyeruaklah mimpi kita
Bersama kanak-kanak menari dengan selendang warna-warni
Bersama iring-iringan sampan menuju lautan
Dan ikan-ikan, menyala rindunya pada jala


Sering bibir kita terkunci
Dan menyanyi tanpa bunyi
Tanpa kata, tanpa suara
Hanya rasa
Dan itu cukup buat kita


Bagi kita, kau dan aku,
Kata, oh, betapa sempitnya makna yang dibentuknya
Betapa dangkal relung yang disediakannya


Sementara kau dan aku
Adalah udara
Adalah cahaya
Adalah rasa


Tapi siapakah yang bisa mendengar
Nyanyian sunyi yang kita ciptakan
Siapa pula orang dungu yang mau
Melihat warna-warni yang tak tercipta di matanya?





Semoga disana, entah di sudut mana
Entah di langit yang mana
Jika kau saksikan selendang putih, hijau atau soga berkibar bersama angin
Aku percaya, kau paham, akulah yang menjelma
Juga ketika kau saksikan rumpun bambu yang menggesek sesamanya
Aku percaya, kau tahu, itulah rinduku yang menjelma

Friday, August 6, 2010

AKAR

Akar. natural. earthy. raw.
Rotan. sculpted. polished. shiny.

"Tak ada rotan akarpun jadi".

Pastilah sangat menyenangkan menjadi Sang Rotan. Tapi bagaimana jika kita menemukan diri kita menjadi Sang Akar?
Sementara Sang Akar senang saja menjadi akar, tetapi bagaimana jika Sang Akar diharapkan untuk menjadi rotan?

Tidak ada yang salah dengan menjadi rotan.
Oke. Sang Akar memang berusaha untuk menjadi rotan. Seperti semua Akar lain yang ingin hari esok lebih baik dari hari kemarin.
Tapi bagaimana jika Sang Akar diharapkan untuk menjadi rotan yang tidak sewarna dengan keinginan Sang Akar?

Sang Akarpun menjerit. Menjeriti mengapa Sang Tanah mengharap warna lain dari Sang Akar. Menjerit karena dirinya Sang Akar bagi Sang Tanah. Menjerit mengharap bagi Sang Tanah, dirinyalah Sang Rotan.

Sang Akarpun bermimpi. Bermimpi dan berharap Sang Tanahlah tanah humus. Tanah penuh daya hidup yang senantiasa memelihara subur sewarna apapun Sang Akar tumbuh didalamnya.

Tapi jika Sang Akar menjerit diharapkan menjadi rotan tak sewarna keinginannya, tentunya Sang Tanah mengerang diharapkan menjadi tanah humus tak sejenis dirinya?
Akankah adil pula bagi Sang Tanah diharapkan menjadi tanah yang bukan jenisnya?

Sedangkan akar mana yang tidak mengimpikan tanah humus dimana ia bisa tumbuh sebebas bebasnya dan disuburkan dengan segala daya hidup yang dimiliki Sang Tanah?



Tanah. The layer of materials in which roots settle and grow.

  ***

Thursday, July 29, 2010

hello.

hello, i just made my first blog, banibanibanana. so go easy on me will ya? :}

actually ive been wanting to make my blog since quite a while ago but i decided to wait until i own a phone with a camera on it. yes, i dont have a phone with a camera on it until very recently.
figured the blog wont be as lively if i cant put pictures in it, like those oh so inviting blogs like HELLO MR. POSTMAN for example. *hello iko... :)

but on my birthday my sister in law gave me an exciiiiting present. you guessed it!
a blackberry. (yippee!)
a red blackberry. (oh wow!)
with a camera on it. (d'uh.)
so i name my blackberry si redberry. hihi.
so now  i do have a phone with a camera on it. (yeah, baby!)
and so ladies and gentlemen, i made my very first blog.
voila! :)